Langsung ke konten utama

Sinobsis Silver Phoenix


Inilah ringkasan novel favoritku, Silver Phoenix, yang ditulis sama Cindy Pon :)
Ringkasan ini aku tulis sendiri loh :)
Hope you enjoy reading it ^^

SILVER PHOENIX
Cindy Pon

Ai Ling adalah seorang gadis berumur 16 tahun yang tinggal bersama kedua orang tuanya di provinsi Ahn Nan, Cina. Ia ditolak dalam perjodohan dengan keluarga Wang. Lima bulan setelah penolakan itu, ayah Ai Ling, Master Wen, memberi Ai Ling sebuah liontin giok yang bertuliskan kata “jiwa” dikedua sisinya. Master Wen mendapatkannya dari seorang rahib. Setelah berpamitan, Master Wen pergi ke istana.
            Sudah berbulan- bulan Master Wen pergi tanpa kabar. Ai Ling dan ibunya sangat kesepian. Simpanan uang mereka makin menipis sehingga harus memecat kedua pembantu mereka, Mei Zi dan Ah Jiao,yang sudah mereka anggap seperti keluarga sendiri. Suatu hari, saat Ai Ling berbelanja dipasar, tiba- tiba, Master Huang, saudagar kaya di desa itu, memegang tangannya. Ai Ling sangat terkejut. Ia mendengar pikiran Master Huang yang ingin menikahinya. Ai Ling berontak dan lari ke rumah. Belum lama sampai di rumah, Master Huang datang berkunjung dan berkata pada Nyonya Wen bahwa Master Wen memiliki hutang padanya, dan untuk membayarnya, Ai Ling harus menikah dengannya. Ai Ling membaca pikiran Master Huang lagi dan tahu ia berbohong. Ia sangat ketakutan. Malamnya, Ai Ling menulis surat perpisahan dan kabur dari rumah untuk mencari ayahnya.
            Ai Ling menyesal telah membaca Buku Kematian yang dirahasiakan ayahnya karena itu membuatnya takut dalam perjalanan. Beberapa jam kemudian, ia menemukan sebuah kedai dan makan disana. Saat makan, Ai Ling melihat seorang penyanyi cantik berpayudara tiga dan berlidah biru. Ia ditemani oleh lima laki- laki. Tiba- tiba Ai Ling teringat gambar dari Buku Kematian ayahnya. Gambarnya persis dengan penyanyi tadi dan tulisan digambarnya menerangkan bahwa penyanyi tersebut adalah Pencari Kehidupan, siluman yang hidup dari menghisap jiwa laki- laki. Tiba- tiba, penyanyi tersebut berhenti menyanyi dan menghampiri seorang laki- laki yang ternyata adalah Master Huang. Ai Ling buru- buru membayar makanannya dan menyelinap keluar.
            Diluar, ia bertemu seorang laki- laki mabuk yang mengajaknya berkencan. Saat laki- laki itu menangkapnya, tiba- tiba liontin giok Ai Ling bersinar dan terasa panas didadanya. Perutnya mual. Kemudian, sekerumunan lebiah datang menyerang laki- laki itu. Ai Ling segera lari menyelamatkan diri. Karena kelelahan, ia beristirahat di tepi sebuah danau. Tiba- tiba, sesuatu menyambar kakinya dan menenggelamkannya.
Didalam air Ai Ling melihat sesosok mahluk berwujud belut raksasa. Besarnya setubuh manusia dan panjang sekali. Mahluk itu berbicara seraya mengutuki Ai Ling. Saat Ai Ling sudah kehabisan nafas, liontin gioknya bersinar dan ia merasa ada seseorang yang menolongnya. Rupanya seorang pemuda bermata coklat. Pemuda itu menggendongnya dan Ai Ling memasrahkan diri padanya. Entah kenapa, ia merasa terikat pada pemuda itu.
Setelah siuman, merekapun berkenalan. Pemuda itu bernama Chen Yong dari Xian. Ternyata, ia dalam perjalanan mencari orang tua kandungnya. Ai Ling pun mengucapkan terima kasih dan pamit pergi. Siangnya, Ai Ling mampir ke sebuah kedai mi. Ketika ia makan, ia melihat Chen Yong dan bertanya tujuannya pergi ke kedai ini. Chen Yong ternyata mencari alamat Master Tan, orang yang mengetahui keberadaan orang tua kandungnya.
            Merekapun tiba di rumah Master Tan. Beliau berkata bahwa ibu Chen Yong adalah selir kesayangan kaisar dan ayahnya adalah guru bahasa asing ibunya. Begitu dilahirkan, Chen Yong diselundupkan keluar istana. Master Tan tak lupa memperkenalkan Fei Ming, anaknya kepada mereka. Sebelum tidur, Master Tan berjanji bahwa besok ia akan memberikan surat- surat ayah Chen Yong.
Esoknya Ai Ling terbangun dalam sebuah kuil tua. Tangan dan kakinya terikat sementara Fei Ming menghajarnya. Rupanya, semalam Fei Ming telah menyuruh pelayannya memberikan obat tidur di teh Ai Ling. Liontin gioknya terasa panas. Fei Ming terlempar ke langit- langit sementara dari sana muncul sebuah iblis berkepala besar, bertaring, dan berwajah seram. Iblis itu berusaha merasukinya. Ai Ling melawan dan menang. Iblis itupun menghilang. Kepala Ai Ling sangat sakit, tubuhnya gemetaran, dan telinganya berdenging.
Saat ia berhasil mengangkat kepalanya, Fei Ming sudah terbaring sekarat ditanah dan berlumuran darah. Ai Ling langsung merasuki jiwa Fei Ming dan menyembuhkannya dari dalam. Beberapa saat kemudian, Master Tan dan Chen Yong masuk. Melihat anaknya sekarat, Master Tan sangat marah dan mengusir Ai Ling, serta Chen Yong. Harapan Chen Yong untuk mendapat surat- surat ayahnya musnah sudah. Merekapun pergi. Chen Yong mengajak Ai Ling ke sebuah penginapan dan meninggalkannya disana setelah ia membayarnya dengan perasaan marah.
Dua hari kemudian, adik Fei Ming datang ke penginapan dan meminta Ai Ling kembali ke rumah Master Tan. Master Tan merasa berhutang budi pada Ai Ling setelah mendengar penjelasan Fei Ming bahwa Ai Ling tidak bersalah. Sesampainya Ai Ling disana, Master Tan menjamunya, memberikan surat- surat ayah Chen Yong padanya, dan menghadiahinya dengan sebuah belati berhiaskan batu mulia yang sangat indah. Setelah mengucapkan terima kasih, Ai Ling pamit dan melanjutkan perjalanan, berharap bertemu Chen Yong lagi.
Dalam perjalanan, Ai Ling bertemu dengan iblis yang menyamar menjadi Chen Yong. Ketika ia menyerang Ai Ling, Chen Yong yang asli membunuhnya. Ai Ling lega karena ia berhasil bertemu rekannya lagi. Kemudian, mereka bertemu dengan Li Rong, adik Chen Yong. Ia menunggang kuda bernama Feng.Rupanya, Li Rong berbohong pada orang tuanya untuk mencari Chen Yong. Li Rong ingin ikut serta menjadi bagian dari rombongan.
Atas saran Master Tan tempo hari, mereka pergi ke Lao Pan, sang peramal ulung. Saat memasuki pintu gerbang, tiba- tiba wajah Ai Ling disembur dengan cairan yang membuat wajahnya sakit dan berlubang.Setelah Chen Yong menjelaskan bahwa mereka diutus oleh Master Tan, barulah Lao Pan keluar dan mengobati luka Ai Ling. Ia lalu meminta maaf dan menjelaskan mengapa mereka diserang seperti itu.
Yang menyembur mereka ternyata adalah ikan transparan yang selama ini diketahui hanya ada dalam mitos. Ikan tersebut bertugas menjaga kediaman Lao Pan dari orang asing. Kemudian, Lao Pan meramal Ai Ling, namun tidak bisa. Ai Ling harus menentukan takdirnya sendiri. Tak lupa, beliau memberkati belati Ai Ling agar bisa digunakan untuk membunuh siluman jahat.
Merekapun melanjutkan perjalanan dan bertemu dengan Lady Zhou, seorang wanita cantik korban perampokan. Ternyata ia menuju kota yang sama dengan mereka. Jadi, mereka mengajaknya ikut dalam rombongan. Ketika malam tiba, Li Rong berteriak ketakutan. Ai Ling dan Chen Yong segera bangun dan lari keluar. Rupanya Lady Zhou menjadi siluman ular raksasa dan memelit tubuh Li Rong.
Ai Ling segera mencancapkan belatinya. Gagang belati tersebut bersinar. Si Siluman Ular langsung berkelojotan. Chen Yong menghunus pedangnya dan memotong- motong badannya. Akhirnya ia mati. Malam itu, Chen Yong memutuskan untuk berjaga, sementara Ai Ling dan Li Rong beristirahat.
Feng menghilang. Mungkin karena ketakutan. Mereka mencarinya, namun tak dapat menemukannya. Merekapun memutuskan melanjutkan perjalanan. Setelah sampai didekat kota, mereka berkemah. Disana, Ai Ling menceritakan kemampuannya pada Chen Yong dan Li Rong dan membuat mereka percaya padanya.
Paginya, Ai Ling memberikan surat- surat ayah Chen Yong. Saat ditanya apa isinya,
Chen Yong tidak menjawab dan menghapus air mata dari wajahnya.
            Ketika sampai di puncak gunung, mereka dijemput oleh seekor Naga Laut. Ia mengantarkan mereka menuju Negeri Atas. Disana, mereka bertemu seorang dewi berkepala tiga yang sangat cantik. Sang Dewi menjelaskan Ai Ling harus membunuh Zhong Ye, seorang penasihat istana yang kejam. Ia telah hidup selama 300 tahun dengan cara menghisap jiwa manusia. Ia jatuh cinta kepada Silver Phoenix, inkarnasi Ai Ling. Oleh sebeb itu, ia menahan Master Wen sebagai umpan agar Ai Ling datang padanya. Istri Zhong Ye mengetahuinya dan mengirim banyak iblis untuk mengagalkan usaha Ai Ling. Dewi tersebut kemudian memberi Ai Ling sebuah botol kecil yang harus diisi oleh Lady Berbusana Putih.
            Ai Ling, Chen Yong, dan Li  Rong pergi ke tempat Lady Berbusana Putih diantar oleh Naga Laut. Bukannya bertemu dengan Sang Lady, mereka malah bertemu dengan monster yang pada akhirnya menewaskan Li Rong. Ai Ling berhasil membunuhnya dan monster itu berubah menjadi Sang Lady. Rupanya, Lady Berbusana Putih diubah menjadi monster oleh saudara kembarnya yang iri terhadapnya. Ia mengucapkan terima kasih dan mengisi botol tersebut dengan air mata Ai Ling. Air mata tersebut berkhasiat menambah kekuatan.
            Ketika Lady Berbusana Putih dan Chen Yong keluar, Ai Ling mengambil jantung Li Rong untuk menghidupkannya lagi melalui sebuah ritual dari Buku Kematian. Ia meletakkan jantung Li Rong dalam tasnya. Mereka bertiga kemudian mengkremasi mayat Li Rong dengan sedih.
Chen Yong dan Ai Ling minta diri dan melanjutlan perjalanan. Ditengah perjalanan, mereka bertemu dengan seoranglaki- laki yang menamakan dirinya Pemanah. Ia menipu Ai Ling dan Chen Yong sehingga mereka tersesat di negerinya. Semua penduduk di negerinya aneh. Ada yang bermata tiga, berkaki pendek, dan berlengan satu. Ai Ling dan Chen Yong kemudian ditawan dan dibawa ke Ahli Anatomi untuk diperiksa dan dijadikan budak. Untuk melarikan diri, Ai Ling merasuki Ahli Anatomi, mengendalikannya, dan kabur menggunakan kereta naga miliknya bersama Chen Yong.
            Merekapun tiba di kota dan diserang oleh siluman cacing. Setelah berhasil melawannya, mereka bergegas pergi ke istana. Istri Zhong Ye rupanya sudah menunggu. Ia sangat marah karena semua iblis kirimannya gagal membunuh Ai Ling.Kemudian, ia menangkap Chen Yong dan menusuk Ai Ling dengan belatinya, tepat saat Zhong Ye masuk. Zhony Ye memerintahkan pengawal agar istrinya dibunuh dan menyuruh tabibnya menyembuhkan Ai Ling dengan kesaktiannya. Zhong Ye lalu bercerita pada Ai Ling tentang masa lalu mereka berdua. Dalam kehidupan sebelumnya, Ai Ling adalah Silver Pheonix, wanita yang gantung diri saat malam pernikahannya dengan Zhong Ye. Pria itu rupanya telah menunggu Ai Ling berinkarnasi selama 200 tahun. Zhong Ye jugalah yang ternyata membunuh ibu Chen Yong. Ia memaksa Ai Ling menikahinya dengan ancaman nyawa Master Wen dan Chen Yong.
            Ai Ling didandani menggunakan perhiasan dan pakaian milik Silver Phoenix. Kemudian, ia dibawa ke tempat pernikahan menggunakan tandu. Didalam tandu, ia meminum air mata yang diberikan Lady Berbusana Putih dan bertekad akan membunuh Zhong Ye, atau dirinya sendiri yang akan mati.
            Upacara pernikahan berlangsung dengan sangat meriah. Setelah selesai, Zhong Ye membawa Ai Ling ke kamarnya. Saat Zhong Ye terlarut dalam dekapan dan ciuman Ai Ling, Ai Ling segera masuk kedalam jiwanya, dan menghancurkan Zhong Ye melalui pergumulan yang sengit.Ai Ling menang. Zhong Ye terlempar dan mati. Ai Ling menangis bahagia hingga tertidur karena kelelahan.
            Ai Ling bermimpi tentang Li Rong. Ia tidak dapat berinkarnasi  jika Ai Ling tidak mengembalikan jantungnya. Ai Ling terbangun dengan perasaan menyesal. Ia kemudian membakar jantung Li Rong. Tanpa diduga, api dari kain pembungkus jantung merambat ke tempat tidur. Ai Ling segera lari menyelamatkan diri, memanggil pelayannya, dan meminta agar dipertemukan dengan Master Wen dan Chen Yong. Mereka akhirnya bertemu dan memutuskan pulang. Ai Ling dan ayahnya kembali ke Ahn Nan, sementara Chen Yong pulang ke Xian.
            Lima bulan setelah perpisahan itu, Chen Yong bertamu ke rumah Ai Ling untuk mendengarkan cerita tentang ayah kandungnya. Ternyata, Master Wenlah yang dulu menyelundupkan Chen Yong keluar. Ai Ling sangat terkejut mendengar kenyataan itu. Pantas saja dia merasa terikat dengan Chen Yong sejak pertama kali bertemu.
            Esoknya, Ai Ling mengajak Chen Yong ke sebuah bukit dengan pemandangan indah, tempat Ai Ling biasa menyendiri. Mereka makan, berbincang-bincang dan bercanda. Tak terasa hari sudah siang, waktunya Chen Yong pulang. Ai Ling tak menolak saat Chen Yong memeluknya. Chen Yong berkata bahwa ia akan kembali setelah ia menemukan ayah kandungnya.
Disaat itu, Ai Ling menyadari ia rela meninggalkan segalanya untuk ikut dengan Chen Yong.Namun ia hanya menatap Chen Yong yang terus berjalan. Hingga berbelok di tikungan. Ai Ling menutup pintu kayu yang berat di belakang punggungnya, dan bersandar ke sana, dadanya sesak dengan seluruh kata yang tidak dia ungkapkan, air mata terasa panas dipipinya. Iapun masuk ke rumah, dengan perasaan yang hancur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTRAMUROS, Spanyol Kecil di Manila

Halo para sahabat INTAI! Ada yang sudah pernah ke Filipina? Bulan lalu, mimin baru saja liburan ke Manila, ibukotanya Filipina. Setelah mendarat dari Bandara Ninoy Aquino, mimin langsung tancap gas ke Intramuros. Jaraknya kurang lebih 30 menit dari bandara kalau bebas macet. Kota ini mirip sekali dengan Jakarta, apalagi macetnya. Rasanya seperti kembali ke tanah air. Pelan- pelan pemandangan di kiri- kanan mimin mulai berubah. Jalanan yang tadinya dihiasi dengan gedung pencakar langit dan perkampungan penduduk, kini berubah menjadi sebuah kota bergaya Eropa klasik. Rupanya mimin sudah sampai. Setelah membayar ongkos taksi, mimin turun dan mulai menjajaki keindahan Intramorus yang sungguh terawat dan indah ini. Pertama- tama, mimin mengunjungi Benteng Santiago. Benteng ini dibangun oleh Spanyol saat mendirikan Kota Manila dan sempat digunakan untuk memenjarakan salah satu pahlawan nasional Filipina, José Rizal, sebelum akhirnya dieksekusi. Di sini terdapat museum yang didedi...

Ninh Binh dan Perempuan Perkasa

Untuk  mengkahiri perjalanan kami di Vietnam, aku milih ke Ninh Binh, sementara Jessi pergi kursus memasak. Ninh Binh itu versi daratnya Halong Bay. Menurutku, sih, gitu. Letaknya juga gak jauh- jauh amat dari Hanoi, paling sekitar dua jam ke selatan. Begitu sampe, kami serombongan disuruh makan di resto. Walaupun menunya cuma nasi, tahu, dan sayur, tapi karena aku udah laper banget jadi rasanya nikmaaaat tak tergantikan! Eh, pas udah mau abis aku nemu item- item di tengah nasi.. Aku mikir; "Apaan, nih?!" O MAI GAT!!! TERNYATA KECOAK!! Sumpah, aku langsung speechless .. Orang- orang yang makan bareng aku sontak pada berenti makan, kaget juga liatnya.. Aku gak muntah seperti yang kalian bayangkan, cuma minum air banyak- banyak, abis itu ambil sepeda buat keliling Ninh Binh! Try to forget that awful experience! Di sana aku diajak ke Bich Dong Pagoda sama ke gua- gua yang aku gaktau namanya. Dulu, provinsi ini merupakan pusat kerajaan Vietnam selama beberapa dinasti. ...

"Le" Familia

"It's for you! Happy Tet Holiday!!", bungkus kuepun kini telah berpindah  tangan. "Gam en!", kata si nyonya rumah, si Bu Bos. Eh, gaktaunya kami malah dipersilahkan duduk terus disuguhin pisang sama mangga muda yang rasa asemnya gak terlupakan! Sumpah! Itu mangga adalah mangga terasam yang pernah kucicipi seumur hidupku!  Kamipun ngobrol, bercanda sampe malem. Abis itu foto- foto. Yang paling senang dalam sesi ini adalah Mr. & Mrs. Le, karena mereka baru pertama diajak selfie pake kamera aksi. Hahahaha... So cute -3- Rasanya bener- bener gak pengen pergi dari tempat ini! Padahal gak ada apa- apanya, cuma seneng aja kumpul sama keluarga ini!  Sebenernya hari berikutnya aku dan Jeje udah pengen pergi ke Danang, tapi gak dibolehin sama mereka karena besok Tet Holiday. Mau dimasakin katanya. Awwwwww~ so sweet! Cuma kami, lho, tamu yang diperlakukan kaya gini! Besoknya...... Tara!!!! Makan gratis!! Hahahaha Sehabis makan ke...