Langsung ke konten utama

Bude

Nah, hari ini, habis TO n follow up dana yb, aku pergi ke Cimol nyariin Eteng sama Aldi, tapi mereka ga ada. Hpnya mati pula. Wew~
Masih jam stg 2, satu setengah jam lagi sebelum dijemput. Akhirnya, aku nunggu di Alfa sambil ngobrol2 sama tiga ibu2 yang jualan makanan disana. Kami ngobrol ngalor ngidul sampe pada topik cinta.
Aku kenal baik sama salah satu ibu2 itu. Panggil aja Bude. Sekarang umurnya sekitar 30an. Bude cerita pas pertama kali ketemu suaminya. Waktu itu, suaminya tukang soto. Mereka ketemu pas Bude main ke Jakarta. Bude masih SMP saat itu.

Nah, terus aku iseng2 nanya ke Bude
"Lho, Bu, suaminya mana? Kok sendirian?"
"Gatau.." (terus tiba2 dia diem)
"Hah? Kok gatau?"
"Ibu gatau, Cyn.." (tiba2 nangis sesenggukan)

Waduh..
Mampus..
Aku gatau...
Ngapain nanya2 begitu bodoooooo!!
Aku mengutuki diri sendiri.

"Aduh, bu maaf, saya beneran gatau..."
"Gapapa, Cyn... Beneran gapapa..."
Aku jadi ga enak hati sama Bude.

Bude sedih banget. Bude gatau suaminya pergi kemana dan dengan alesan apa. Suaminya pergi tanpa pamit.
Dia ditinggal sama keempat anaknya! Dia, sekarang, sebagai seorang janda, cuma bisa berjuang sendirian.
Dari sorot matanya, aku tau. Bude masih cinta suaminya. Aku yakin dia masih berharap suaminya pulang. Tapi keliatan banget disitu, hatinya udah bener2 remuk.

Aku dan dua ibu2 lainnya jadi salah tingkah. Kami cuma bisa kasih semangat ke Bude.
Gak lama, dia bisa ketawa- tawa lagi.
Wew~

Kasihan..
Hari ini Tuhan bener2 kasih aku pelajaran, walau cuma dari seorang tukang soto.
Belajar buat berhati- hati milih pasangan hidup dan untuk bertahan dari situasi sulit.
Aku gatau gimana lagi kalo jadi dia. Bener- bener ga berdaya.
Aku sadar, keadaanku sekarang ga ada apa2nya dibanding keadaan Bude, dan aku harus bersyukur atas itu.













Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mata Asing

Waktu kita berbaring di atas gemerlapnya pasir pantai malam itu , tiba- tiba kamu mengajukan pertanyaan yang selama ini masih terus kucari jawabannya; "Apa cita- citamu?" "Banyak", cuma itu saja jawabku, karena terlalu susah menjelaskan kalau aku punya segudang cita- cita gila. Misalnya, kerja di NatGeo, jadi penulis, bikin museum dongeng, tourguide , dsb. Singkatnya, banyak! Jujur, aku tidak tahu apa yang benar- benar pandai kukerjakan. Aku bahkan juga bingung kenapa aku belajar mandarin! Jadi, keinginan di atas sepertinya mustahil. Untuk beberapa saat, kita terdiam dalam keheningan sambil menatap lautan bintang yang sepertinya kurang cahaya, bersimpati pada jiwaku yang muram. Aku menoleh memandang matamu yang sedang mengangkasa, mencoba menerka apa yang kamu pikirkan. Mungkin cita- citamu, atau mantan yang baru mencampakkanmu bulan lalu. Setidaknya, sinar bulan puranama yang berpendar dikedua mata besar nan indah itu memberitahuku bahwa aku tak sendiri. Kita

Wawancara dengan Sarwendah Kusumawardhani :)

Pada kesempatan kali ini, saya dan teman saya berkesempatan mewawancarai Sarwendah Kusumawardhani, mantan pemain bulutangkis nasional yang kami temui di tempat pelatihannya di GOR SARWENDAH, Jalan Balai Rakyat. Berikut perbincangan kami. P : Selamat sore, tante. Boleh kami minta waktu sejenak untuk wawancara? J : Oh, iya. Silahkan. P : Sejak kapan tante mulai tertarik dengan dunia bulutangkis? J : Tante mulai tertarik main bulutangkis sejak umur 9 tahun. Kemudian tante mulai belajar diusia 10 tahun, dan mulai bersungguh- sungguh bermain waktu umur 15 tahun saat tante kelas 3 SMP. P : Apa yang membuat tante tertarik dengan dunia bulutangkis ? J : Tante kepengen kayak kakak tante. Dia juara bulutangkis, bahkan kakak sering dikirim keluar negeri dan ikut lomba bulu disana. Tante itu terinspirasi dari kakak. Selain itu kan, orang tua tante kan juga pemain bulutangkis. P : Oooh..Gitu ya. Apa orang tua mendukung tante ? J : Dukung ban

Promnight SMAK 7 BPK PENABUR 2013-2014, 16 Mei 2014

Ah gila! Gak kerasa SMA udah mau selesai (walopun hari ini belom tau sih lulus apa engga). Tiba- tiba udah prom aja. Nah, karena hari ini Jeje masih di Singapur, jadi iik gak nganter dan aku cari tebengan. Seperti biasa, ada dua kandidat, Geraldi dan Ryan. Tapi, berhubung aku deket sama Esther (yayangnya Aldi), jadilah Geraldi yang jadi korban. Hahahaha XP Sebenernya, promnya mulai jam 6. Tapi, namanya juga nebeng, aku ke salon nunggu Esther. Kata Esther sih, Geraldi bakal jemput dia jam 3 sore. Takut macet. Biasa... Jakarta gituloh.. -_- Jam setengah tiga aku udah sampe di My Salon dan Ester lagi didandanin. Eh, disitu aku juga ketemu sama beberapa temen SMAK 7 lainnya. Feli, Seli, & Meryl. Walah.. Pada nyalon disitu toh... Jam tiga Eteng udah selesai dandan, dan kalian tau berapa harganya?!!! 425 ribu! Aku sampe kaget! Lebih- lebih Esther. Padahal cuma rambut sama make up PAC doang. Wow~ Habis salonku buat wisuda cuma Rp 135.000 (make up sama rambut). Sekarang udah jam set