Langsung ke konten utama

Tet Holiday - Tiket Habis, Terdampar di Pleiku

Karena merupakan bekas jajahan Cina, Vietnam menerima banyak pengaruh budaya Cina. Mulai dari makanan, hari raya, dan pakaian tradisional. Bahkan, bahasanyapun juga banyak yang mirip! Aku baru sadar setelah sampai di Stasiun Pleiku waktu mau beli tiket ke Hanoi kalau Vietnam udah memasuki masa perayaan TET HOLIDAY, yang tak lain adalah Tahun Baru Imlek!  Jadi bank, kantor pos, dll semua tutup selama dua minggu! YASS! DUA MINGGU! Jadi, di stasiun cuma ada dua gerai tiket yang buka! Cacadnya, mereka cuma jual tiket sisa dan harganya dua kali lipat!

Lebih parahnya, cuma ada satu mbak yang bisa bahasa inggris. Ngomong sama diapun tetap menguras emosi.
“Do you have two tickets to Hoi An?”
“No! No! Full!”
“To Hanoi?”
“All full booked! Tet holiday!”
“So which ticket that still available? We’ll buy it! But we’re not going to Hociminh!”
“No no no...”
(Gangerti, arrgh!!)

Aku noleh ke Jesi,
“Jes, ngapain dia buka kalau uda sold out?”
“Tau tuh, gila kali!”

Saking frustasinya ngomong sama mereka aku telepon temen Viet suruh ngomong ke mereka. Baru tuh, mereka ngeh! 

“Ada tiket ke Hoi An ga? Berapa harganya dan jam berapa?” Temenku nanya.
“Cuma ke HUE aja yang sisa, 300.000 dong! Delapan jam lagi berangkat.”, kata mbaknya dalam bhs Vietnam yang cuma bisa dimengerti temenku.

Yaudahlah, rencana ke Hoi An batal, orang dapetnya ke Hue. Kalau mau ke Hoi An harus turun lg ke selatan. Kecewa sih, tapi tak ada pilihan lain selain nunggu di stasiun, beli jajan, jalan muter- muter stasiun Pleiku.




Setelah delapan jam yang berasa seharian, bus kamipun datang! Aku udah capek duluan sebelum perjalanan. Sebelum masuk bus, untung aku sapa dan senyumin dulu biar inget mukanya. Dan ternyata sebuah salam simpel ini nanti berguna di hari berikutnya. Mau tau gimana? Cek episode selanjutnya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mata Asing

Waktu kita berbaring di atas gemerlapnya pasir pantai malam itu , tiba- tiba kamu mengajukan pertanyaan yang selama ini masih terus kucari jawabannya; "Apa cita- citamu?" "Banyak", cuma itu saja jawabku, karena terlalu susah menjelaskan kalau aku punya segudang cita- cita gila. Misalnya, kerja di NatGeo, jadi penulis, bikin museum dongeng, tourguide , dsb. Singkatnya, banyak! Jujur, aku tidak tahu apa yang benar- benar pandai kukerjakan. Aku bahkan juga bingung kenapa aku belajar mandarin! Jadi, keinginan di atas sepertinya mustahil. Untuk beberapa saat, kita terdiam dalam keheningan sambil menatap lautan bintang yang sepertinya kurang cahaya, bersimpati pada jiwaku yang muram. Aku menoleh memandang matamu yang sedang mengangkasa, mencoba menerka apa yang kamu pikirkan. Mungkin cita- citamu, atau mantan yang baru mencampakkanmu bulan lalu. Setidaknya, sinar bulan puranama yang berpendar dikedua mata besar nan indah itu memberitahuku bahwa aku tak sendiri. Kita

Wawancara dengan Sarwendah Kusumawardhani :)

Pada kesempatan kali ini, saya dan teman saya berkesempatan mewawancarai Sarwendah Kusumawardhani, mantan pemain bulutangkis nasional yang kami temui di tempat pelatihannya di GOR SARWENDAH, Jalan Balai Rakyat. Berikut perbincangan kami. P : Selamat sore, tante. Boleh kami minta waktu sejenak untuk wawancara? J : Oh, iya. Silahkan. P : Sejak kapan tante mulai tertarik dengan dunia bulutangkis? J : Tante mulai tertarik main bulutangkis sejak umur 9 tahun. Kemudian tante mulai belajar diusia 10 tahun, dan mulai bersungguh- sungguh bermain waktu umur 15 tahun saat tante kelas 3 SMP. P : Apa yang membuat tante tertarik dengan dunia bulutangkis ? J : Tante kepengen kayak kakak tante. Dia juara bulutangkis, bahkan kakak sering dikirim keluar negeri dan ikut lomba bulu disana. Tante itu terinspirasi dari kakak. Selain itu kan, orang tua tante kan juga pemain bulutangkis. P : Oooh..Gitu ya. Apa orang tua mendukung tante ? J : Dukung ban

Promnight SMAK 7 BPK PENABUR 2013-2014, 16 Mei 2014

Ah gila! Gak kerasa SMA udah mau selesai (walopun hari ini belom tau sih lulus apa engga). Tiba- tiba udah prom aja. Nah, karena hari ini Jeje masih di Singapur, jadi iik gak nganter dan aku cari tebengan. Seperti biasa, ada dua kandidat, Geraldi dan Ryan. Tapi, berhubung aku deket sama Esther (yayangnya Aldi), jadilah Geraldi yang jadi korban. Hahahaha XP Sebenernya, promnya mulai jam 6. Tapi, namanya juga nebeng, aku ke salon nunggu Esther. Kata Esther sih, Geraldi bakal jemput dia jam 3 sore. Takut macet. Biasa... Jakarta gituloh.. -_- Jam setengah tiga aku udah sampe di My Salon dan Ester lagi didandanin. Eh, disitu aku juga ketemu sama beberapa temen SMAK 7 lainnya. Feli, Seli, & Meryl. Walah.. Pada nyalon disitu toh... Jam tiga Eteng udah selesai dandan, dan kalian tau berapa harganya?!!! 425 ribu! Aku sampe kaget! Lebih- lebih Esther. Padahal cuma rambut sama make up PAC doang. Wow~ Habis salonku buat wisuda cuma Rp 135.000 (make up sama rambut). Sekarang udah jam set